PREAMBULE

B
log ini kami dedikasikan untuk teman-teman pecinta Matematika, siapapun Anda. Namanya memang Matematika SMA Kendal, tapi blog ini terbuka bagi siapa saja, karena Matematika adalah universal.
Sebagian tulisan dalam blog ini merupakan cuplikan dari web lain yang kami rangkum dalam link referensi Lewat sarana ini, kami mengajak rekan-rekan atau siapa saja yang peduli Matematika pada khususnya dan Pendidikan pada umumnya untuk menyumbangkan pikirannya serta berkenan mengirimkannya pada kami melalui salah satu pilihan yang kami tawarkan. Visi kami : "Biar Lambat asal Meningkat"
Selamat bergabung dengan kami. Kritik, saran dan masukan dari Anda sangat kami nantikan.

[petugas]

ILMU HITUNG

ILMU hitung telah dikenal manusia sekitar 2.000 tahun lalu. Pengetahuan berhitung ini antara lain berkembang pada zaman Mesopotamia, Mesir Kuno, Yunani Kuno, serta kebudayaan Hindu dan China. Mereka mengenal lambang-lambang bilangan dalam bentuk amat beragam. Sebagian memang sudah hilang ditelan zaman, tetapi ada juga yang bertahan setelah mengalami evolusi selama berabad-abad. Pada zaman Yunani Kuno, misalnya, banyak orang yang memiliki pengetahuan berhitung yang sangat tinggi. Bahkan beberapa ahli hitung termasyhur sepanjang sejarah pun berasal dari sana, antara lain Pythagoras, Archimides, Archytas, dan Xenocrates. Ilmu hitung memang tidak lahir dengan sendirinya, namun bermula dari ilmu bintang yang sederhana, kemudian berkembang pesat dengan kemunculan ilmu-ilmu baru seperti geometri, aljabar, persamaan diferensial, kalkulus, geometri non-eucluid, hingga logaritma (logika aritmatika). Pada masa kejayaan Romawi, pengetahuan mengenai berhitung juga berkembang baik. Satu-satunya kelemahan berhitung di zaman itu adalah tidak mengenal angka 0 (nol). Angka-angka dalam lambang bilangan Romawi, seperti I, II, IV, V, X, dan L, bahkan masih digunakan sampai sekarang. Ilmu Aljabar Lalu, bagaimana manusia sekarang mengenal lambang-lambang bilangan seperti 1, 2, 3 hingga 9 dan 0? Ternyata lambang bilangan itu baru dikenal luas pada abad 15, setelah bangsa Eropa mempelajari ilmu aljabar. Angka 1, 2, 3, hingga 9 dan 0 sering disebut sebagai angka arab. Ilmu aljabar memang bermula, serta berkembang pesat, dari Tanah Arab. Tetapi jangan keliru, angka-angka arab ini bukan murni berasal dari Arab. Bangsa Arab mengenal dan mengadopsinya dari para pedagang Hindu, yang ketika itu sering mengembara hingga Jazirah Arab. Juga setelah kekhalifahan Islam di Arab menyebar luas hingga ke India. Bahkan sumber lain menyebutkan, interaksi ini lebih terjadi antara bangsa Persia (sekarang Iran) dan para pedagang Hindu. Namun belum diketahui secara pasti, bagaimana asal mula masyarakat Hindu mengenal angka-angka ini. Yang jelas, para pedagang sangat membutuhkan bilangan nol, dan merasa beruntung dengan adanya bilangan itu. Lambang bilangan 0 merupakan penemuan besar, dan membuat pengetahuan berhitung berkembang pesat di kemudian hari. Lambang-lambang bilangan Hindu itulah yang kemudian dikenal sebagai angka arab, lantas menyebar ke Eropa. Hal ini dimungkinkan, karena kekhalifahan Islam pada masa lalu menembus ke Eropa (Turki dan Spanyol), serta sebagian besar wilayah di Afrika Utara (Mesir, Maroko, Aljazair) dan Afrika Barat. Tak heran jika angka-angka arab digunakan secara luas oleh masyarakat setempat. Operasi Hitung Bagaimana dengan simbol/lambang yang digunakan untuk melakukan operasi perhitungan, misalnya ''+'' (penambahan), ''-'' (pengurangan), ''x'' (perkalian), '':'' (pembagian), ''='' (sama dengan/hasil operasi perhitungan) dan sebagainya? Pada masa lalu memang belum ada keseragaman dalam penggunaan simbol/lambang operasi hitung. Beberapa simbol penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian yang pernah digunakan oleh beberapa bangsa dan/atau ahli hitung pada masa lalu bisa dilihat pada gambar. Simbol penambahan itu digunakan pada zaman Renaisance, yaitu masa perubahan berpikir rasional di Eropa sekitar abad 13 hingga 16. Untuk simbol pengurangan digunakan pada zaman Yunani Kuno, terutama oleh Diosphantus. Simbol perkalian seperti pada gambar digunakan di Jerman, sekitar abad 17. Sedangkan pembagian diperkenalkan JE Gallimard di Prancis, pada abad 18. Ada lagi akar pangkat dua (kuadrat) yang mulai dikenal tahun 1220, oleh penciptanya Leonarde de Pisa. Sementara simbol pi (setara dengan 22/7, untuk operasi perhitungan pada lingkaran) diperkenalkan oleh Benyamin Pierce. Sebenarnya masih banyak sekali simbol ilmu hitung di masa lalu, yang berbeda bentuk namun sama fungsinya, yaitu untuk menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, dan sebagainya. Sekarang, jumlah simbol ilmu hitung pun terus bertambah, dengan ditemukannya cabang-cabang ilmu hitung lainnya. Apalagi dengan berkembangnya ilmu komputer. Namun lambang bilangan (angka) dan simbol-simbol ilmu hitung digunakan secara seragam oleh seluruh masyarakat di dunia. Khusus untuk simbol operasi hitung di komputer, ada sedikit perubahan atau perbedaan. Misal fungsi perkalian bukan ''x'', melainkan ''*'' (asteric), ''/'' (slash) untuk pembagian, ''^'' (caret) untuk pangkat, dan sebagainya. Sedangkan penambahan dan pengurangan tetap menggunakan simbol ''+'' dan ''-''. Tapi kita tidak tahu, apakah lambang bilangan dan simbol operasi hitung pada masa mendatang akan tetap sama seperti sekarang, atau berubah dan berkembang menjadi bentuk lain. Ya, kita semua tak akan pernah tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar